“ KERANGKA REFERENSI PEKERJAAN SOSIAL “
a.
Kerangka
Pengetahuan ( Body Of Knowledge )
Pekerja sosial dalam
memberikan pelayanan kepada klien harus mempergunakan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah yang sudah teruji ketepatan dan kevaliditasnya.
Marry Richmod (1917)
mengelompokkan pengetahuan Pekerjaan Sosial ke dalam tiga golongan :
1. Pengetahuan
tentang klien, baik klien sebagai individu, kelompok maupun masyarakat.
2. Pengetahuan
tentang lingkungan sosial, yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan masyarakat
dan kebudayaan
3. Pengetahuan
tentang profesi pekerjaan sosial profesional
Elemen pengetahuanPekerjaan
Sosiala menurut asosiasi sekolah-sekolah Pekerja Sosial di Amerika Serikat
(1944), adalah Social Casework, Social Groupwork, Community Organiation/
Community Development, Social Research and Statistic, social Welfare
Administration, Public Welfare and Child Welfare, Medical Information, and
Psychiatric Information.
b.
Kerangka
Nilai ( Body of Value)
Nilai
adalah sesuatu yang dianggap baik.
Pekerjaan Sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya
dipengaruhi oleh nilai-nilai:
1. Nilai
Pribadi Pekerjaan Sosial
2. Nilai
Profesi Pekerjaan Sosial
3. Nilai
Klien atau Kelompok Klien
4. Nilai
Masyarakat
Morales dan Sheafor
mengelompokkan elemen nilai dalam praktik Pekerjaan Sosial sebagai berikut:
1. Niai
pekerjaan Sosial (Nilai Personal dan Nilai Profesi)
2. Nilai
Pribadi (Nilai Klien)
3. Nilai
Lembaga (Tempat dimana pekerja sosial bekerja)
4. Nilai
Masyarakat (Dimana praktek pekerja sosial dilaksanakan)
Sumber nilai pekerjaan Pekerjaan Sosial pada dasarnya
dikelompokkan menjadi 4 Kelompok:
1. Nilai
Masyarakat (Societal Values)
Praktik pekerjaan
sosial selalu berdasarkan pada nilai-nilai masyarakat, karena profesi pekerjaan
sosial mendapatkan misi untuk melaksanakan sebagian dari fungsi-fungsi
masyarakat. Oleh sebab itu, praktik pekerjaan sosial akan mngambil dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai masyarakat. Jadi Profesi Pekerjaan Sosial harus
selaras dengan nilai-nilai masyarakat.
2. Kode
Etik (Code of Ethic)
Kode etik merupakan
rumusan/standar/tuntunan tentang perilaku yang dianggap baik dan perlu
ditunjukkan oleh anggota profesi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Tujuan dan
fungsi kode etik adalah:
a. Melindungi
reputasi profesi dengan jalan memberikan kriteria yang dapat diikuti untuk
mengatur tingkah laku anggotanya
b. Secara
terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kesadaran tanggung jawab bagi para
anggota di dalam melaksanakan praktek
c. Melindungi
masyarakat dari praktik yang tidak kompeten
3. Agency
Purpose (Tujuan lembaga dimana pekerja sosial bekerja)
Pekerja Sosial harus
mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam lembaga dimana pekerja sosial
tersebut bekerja.
4. Theory
(Teori)
Setiap teori dari suatu
pfesi mempunyai nilai. Nilai teori pekerjaan sosial dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Nilai
tentang konsepsi orang
b. Nilai
tentang masyarakat
c. Nilai
yang berkaitan dengan interaksi antar orang
c.
Kerangka
Keterampilan ( Body of Skill)
Keterampilan merupakan komponen
penting dalam kerangka referensi pekerjaan sosial, sebab keterampilan pada
prinsipnya merupakan alat untuk memadukan kerangka pengetahuan dan kerangka
nilai.
Sejalan dengan hal
tersebut, Naomi I. Brill, menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan daklam
profesi pekerjaan sosial meliputi:
1.
Differential
Diagnosis, manusia pada dasarnya unik, artinya manusia yang
satu berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, permaslahan manusia yang
satu akan berbeda dengan ynag lain. Pekerja sosial diharapkan mampu mendiagnosa
perbedaan tersebut. Keterampilan Differential Diagnosis adalah keterampilan
atau kemampuan pekerja sosial untuk memahami keunikan klien, masalah dan
situasi sosail.
2.
Timing,
dalam hal ini berarti pekerja sosial harus
mempunyai keterampilan untuk merencanakan dan menggunakan waktu secara tepat.
3.
Partialization,
Pekerja
Sosial harus mempunyai keterampilan untuk memisah-misahkan yaitu
mengelompokkan, mengklasifikasikan, merealisasikan, menganalisis dan
menginterpretasikan masalah, termasuk didalamnya kemampuan menentukkan
prioritas utama tentang kebutuhan klien
4.
Focus,
masalah
sosial mempunyai banyak dimensi dan masing-masing saling berinteraksi.
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan pekerja sosial dalam bekerja sama
dengan klien untuk mengkonsentrasikan kegiatannya terhadap aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap permasalahan dan situasi klien.
5.
Establishing
Partnership, kemampuan ini menunjukkan kemampuan
Pekerja Sosial dalam mengajak klien unuk maupun orang-orabg atau sistem sosial
yang terkait dalam usaha pemecahan masalah.
Keterampilan
dasar Pekerjaan Sosial:
1. Keterampilan
pertolongan dasar (Basic Helping Skills)
Menolong merupakan suatu proses
yang bertujuan dan direncanakan. Para penolong berelasi dengan orang yang
memerlukan pertolongan juga dengan berbagai kegiatan penyeleksisan dan strategi
pertolongan, karakteristik klien, dan juga karakteristik elemen dari sistem.
2. Keterampilan
melakukan Perjanjian (Engangement Skill)
Dalam proses engangement akan
meningkat pada saat pekerja sosial mampu menjalankan peranan dan tanggung jawab serta mampu menjelaskan hak, tanggung
jawab, dan pendapat klien.
3. Keterampilan
Berkomunikasi (Communication Skills)
Komunikasi merupakan keterampilan
dalam mendengarkan dan instrument terpenting dalam komunikasi adalah interview.
4. Keterampilan
Observasi (Observation Skills)
Keterampilan melihat, bukan hanya
yang informational tapi juga kebenaran dari informasi verbal.
5. Keterampilan
Empati (Empathy Skills)
Empati adalah proyeksi
(pemibndahan) imaginatif sesorang ke dalam kehidupan .
Sumber :
Wibhawa, Budi dkk. 2010.Dasar-dasar Pekerjaan Sosial.
Bandung:Widya Padjajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar