Sabtu, 15 September 2012

Perspectif Psikodinamika


Perspektif  Psikodinamika
v  TEORI SIGMUN FREUD
Psikodinamika pada awalnya dikembangkan oleh Sigmund Freud (1974) dan pengikut pengikutnya. Dikatakan psikodinamik, karena teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku berasal dari gerakan dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran merangsang perilaku dan keduanya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.     
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori ini menggunakan berbagai teknik untuk menafsirkan bagaimana pikiran orang yang bekerja dengan mengamati perilaku mereka. Teori Psikodinamika menekankan cara dimana pikiran merangsang perilaku dan kedua pikiran dan perilaku mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial seseorang. Ide-ide ini merupakan titik awal dalam memahami yang penting sebagai dasar untuk keterampilan pekerjaan sosial.
Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan (mileu) primer terhadap perkembangan. Perbedaannya adalah bahwa teori psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang.
Menurut teori ini, perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-efektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ikut menentukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.
Menurut salah satu teori psikodinamaika yang terkenal, yaitu teori Freud (Sigmund Freud), seseorang anak dilahirkan dalam dua macam kekuatan (energi) biologis, yaitu libio dan nafsu mati, yang mana kekutan ini menguasai semua orang atau semua benda yang berarti bagi anak yang melalui proses yang disebut kathesis yang berarti konsentrasi energi psikis terhadap suatu objek atau suatu ide yang spesifik, atau terhadap satu person yang spesifik.
Teori Psikodinamika ditemukan oleh Sigmun Freud (1856 – 1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi.


a.      Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai tahun 1920an konsep ini masih digunakan tetapi pada tahun 1923 Freud mengenalkan model struktural yang lain, yaitu das Es (Id), das Ich (Ego), dan das Ueber Ich (Superego).
Id, merupakan aspek biologis keprbadian karena berisikan unsur-unsur biologis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan. Karena mengikuti prinsip kesenangan, Id menunut pemuasan.
Ego, merupakan aspek psikologis kepribadian untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Ego merupakan aspek eksekutif atau badan pelaksana kepribadian, kerana fungsi utama ego adalah:
a)      Menahan penyaluran doronga
b)      Mengatur dorongan-dorongan
c)      Mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan
d)     Berfikir logis
e)      Mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa kecewa dan kesal sebagai tanda adanya sesuatu yang salah, yang tidak benar, sehingga dapat dikategorikan apa yang akan dilakukan sebaik-baiknya.
Superego, merupakan wakil nilai-nilai sebagaimana ditafsirkan oleh orang tua kepada anak melalui perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Dalam realitas kehidupan pribadi, kalau Id lebih cenderung pada nafsu, sedangkan superego lebih cenderung pada hal yang moralis. Agar tercipta keseimbangan hidup, id an superego harus dijembatani oleh hal yang bersifat moralis yang dalam hal ini adalah ego. Artinya agar manusia tidak terlalu mengembangkan nafsu saja dan juga tidak terlalu cenderung pada hal-hal yang moralis, perl ada keseimbangan yang dijembatani oleh ego.


b.      Mekanisme Pertahanan Ego
Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan atas Id dengan tujuan kecemasan yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46).
Tujuh macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai adalah :
v  Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidaksadaran.
v  Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif  Id yang menjadi penyebab kecemasan kedalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima dan dihargai oleh masyarakat.

v  Proyeksi, adalah penglihatan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain.


v  Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yan kurang berbahaya dibanding individu semula.

v  Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang menganca ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal.


v  Pembentukan reaksi, adalah uapaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.

v  Regresi, adalah upaya untuk mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

c.       Tahap-tahap perkembangan kepribadian
Tahap oral atau tahap mulut
Tahap ini berlangsung dari usia 0 sampai 18 bulan. Titik kenikmatan terletak pada mulut, di mana aktivitas paling utama adalah Mengunyah, menghisap dan menggigit. Tindakan-tindakan ini mengurangi tekanan/ketegangan pada bayi.

ü  Tahap anal
Tahap ini ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Titik kenikmatan terbesar terletak pada lubang anus, atau fungsi pengeluaran yang diasosiasikan dengannya. Dalam pandangan Freud, latihan otot lubang dubur mengurangi tekanan/ketegangan.

ü  Tahap phallic
Phallic berasal dari bahasa latin phallus yang berarti alat kelamin laki-laki. Tahap ini berlangsung dari usia 3 dan 6 bulan. Titik kenikmatan terletak pada alat kelamin, ketika anak menemukan bahwa manipulasi (self manipulation) diri dapat memberi kenikmatan.
Dalam tahap ini, Freud berpandangan bahwa bahwa tahap phallic memiliki kepentingan khusus dalam perkembangan kepribadian. Karena selama periode inilah Oedipus complex muncul. Istilah ini berasal dari mitologi Yunani, di mana Oedipus, putra Raja Thebes, tanpa sengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Oedipus complex adalah konsep Freud dimana anak kecil mengembangkan suatu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua

yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya.
Tetapi konsep ini dikecam oleh beberapa pakar psikoanalisis dan penulis.
Pada usia kira-kira 5 hingga 6 tahun, anak-anak menyadari bahwa orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dapat menghukum mereka atas keinginan incest mereka (incestuous wishes). Untuk mengurangi konflik ini, anak mengidentifikasikan diri dengan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya, dengan berusaha keras menjadi seperti orang tua yang sama jenis kelamin dengannya itu. Namun, bila konflik tidak teratasi, individu dapat terfiksasi pada tahap phallic.

ü  Tahap laten
Tahap ini ini berlangsung antara usia 6 tahun dan masa pubertas. Anak menekan semua minat terhadap seks dan mengembangkan keterampilan social dan intelektual. Kegiatan ini menyalurkan banyak energy anak ke dalam bidang-bidang yang aman secara emosional dan menolong anak melupakan konflik pada tahap phallic yang sangat menekan.

ü  Tahap kemaluan
Tahap ini berawal dari masa pubertas dan seterusnya. Tahap kemaluan ialah suatu masa kebangkitan seksual. Sumber kenikmatan seksual sekarang adalah seseorang yang berada di luar keluarga. Freud yakin bahwa konflik yang tidak teratasi dengan orang tua terjadi kembali selama masa remaja. Bila teratasi, individu mampu mengembangkan suatu hubungan cinta yang dewasa yang berfungsi secara mandiri sebagai seorang dewasa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar