Senin, 01 Oktober 2012

KERANGKA REFERENSI PEKERJAAN SOSIAL



“ KERANGKA REFERENSI PEKERJAAN SOSIAL “

a.      Kerangka Pengetahuan ( Body Of Knowledge )
Pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kepada klien harus mempergunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah teruji ketepatan dan kevaliditasnya.
Marry Richmod (1917) mengelompokkan pengetahuan Pekerjaan Sosial ke dalam tiga golongan :
1.      Pengetahuan tentang klien, baik klien sebagai individu, kelompok maupun masyarakat.
2.      Pengetahuan tentang lingkungan sosial, yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan masyarakat dan kebudayaan
3.      Pengetahuan tentang profesi pekerjaan sosial profesional
Elemen pengetahuanPekerjaan Sosiala menurut asosiasi sekolah-sekolah Pekerja Sosial di Amerika Serikat (1944), adalah Social Casework, Social Groupwork, Community Organiation/ Community Development, Social Research and Statistic, social Welfare Administration, Public Welfare and Child Welfare, Medical Information, and Psychiatric Information.

b.      Kerangka Nilai ( Body of Value)
Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik.
Pekerjaan Sosial dalam melaksanakan tugas-tugasnya dipengaruhi oleh nilai-nilai:
1.      Nilai Pribadi Pekerjaan Sosial
2.      Nilai Profesi Pekerjaan Sosial
3.      Nilai Klien atau Kelompok Klien
4.      Nilai Masyarakat
Morales dan Sheafor mengelompokkan elemen nilai dalam praktik Pekerjaan Sosial sebagai berikut:
1.      Niai pekerjaan Sosial (Nilai Personal dan Nilai Profesi)
2.      Nilai Pribadi (Nilai Klien)
3.      Nilai Lembaga (Tempat dimana pekerja sosial bekerja)
4.      Nilai Masyarakat (Dimana praktek pekerja sosial dilaksanakan)


Sumber nilai pekerjaan Pekerjaan Sosial pada dasarnya dikelompokkan menjadi 4 Kelompok:
1.      Nilai Masyarakat (Societal Values)
Praktik pekerjaan sosial selalu berdasarkan pada nilai-nilai masyarakat, karena profesi pekerjaan sosial mendapatkan misi untuk melaksanakan sebagian dari fungsi-fungsi masyarakat. Oleh sebab itu, praktik pekerjaan sosial akan mngambil dan dipengaruhi oleh nilai-nilai masyarakat. Jadi Profesi Pekerjaan Sosial harus selaras dengan nilai-nilai masyarakat.
2.      Kode Etik (Code of  Ethic)
Kode etik merupakan rumusan/standar/tuntunan tentang perilaku yang dianggap baik dan perlu ditunjukkan oleh anggota profesi dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Tujuan dan fungsi kode etik adalah:
a.       Melindungi reputasi profesi dengan jalan memberikan kriteria yang dapat diikuti untuk mengatur tingkah laku anggotanya
b.      Secara terus-menerus meningkatkan kompetensi dan kesadaran tanggung jawab bagi para anggota di dalam melaksanakan praktek
c.       Melindungi masyarakat dari praktik yang tidak kompeten

3.      Agency Purpose (Tujuan lembaga dimana pekerja sosial bekerja)
Pekerja Sosial harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam lembaga dimana pekerja sosial tersebut bekerja.
4.      Theory (Teori)
Setiap teori dari suatu pfesi mempunyai nilai. Nilai teori pekerjaan sosial dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Nilai tentang konsepsi orang
b.      Nilai tentang masyarakat
c.       Nilai yang berkaitan dengan interaksi antar orang

c.       Kerangka Keterampilan ( Body of Skill)
Keterampilan merupakan komponen penting dalam kerangka referensi pekerjaan sosial, sebab keterampilan pada prinsipnya merupakan alat untuk memadukan kerangka pengetahuan dan kerangka nilai.
Sejalan dengan hal tersebut, Naomi I. Brill, menyatakan bahwa keterampilan-keterampilan daklam profesi pekerjaan sosial meliputi:
1.      Differential Diagnosis, manusia pada dasarnya unik, artinya manusia yang satu berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, permaslahan manusia yang satu akan berbeda dengan ynag lain. Pekerja sosial diharapkan mampu mendiagnosa perbedaan tersebut. Keterampilan Differential Diagnosis adalah keterampilan atau kemampuan pekerja sosial untuk memahami keunikan klien, masalah dan situasi sosail.
2.      Timing,  dalam hal ini berarti pekerja sosial harus mempunyai keterampilan untuk merencanakan dan menggunakan waktu secara tepat.
3.      Partialization, Pekerja Sosial harus mempunyai keterampilan untuk memisah-misahkan yaitu mengelompokkan, mengklasifikasikan, merealisasikan, menganalisis dan menginterpretasikan masalah, termasuk didalamnya kemampuan menentukkan prioritas utama tentang kebutuhan klien
4.      Focus, masalah sosial mempunyai banyak dimensi dan masing-masing saling berinteraksi. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan pekerja sosial dalam bekerja sama dengan klien untuk mengkonsentrasikan kegiatannya terhadap aspek-aspek yang berpengaruh terhadap permasalahan dan situasi klien.
5.      Establishing Partnership, kemampuan ini menunjukkan kemampuan Pekerja Sosial dalam mengajak klien unuk maupun orang-orabg atau sistem sosial yang terkait dalam usaha pemecahan masalah.

Keterampilan dasar Pekerjaan  Sosial:
1.      Keterampilan pertolongan dasar (Basic Helping Skills)
Menolong merupakan suatu proses yang bertujuan dan direncanakan. Para penolong berelasi dengan orang yang memerlukan pertolongan juga dengan berbagai kegiatan penyeleksisan dan strategi pertolongan, karakteristik klien, dan juga karakteristik elemen dari sistem.
2.      Keterampilan melakukan Perjanjian (Engangement Skill)
Dalam proses engangement akan meningkat pada saat pekerja sosial mampu menjalankan peranan dan tanggung  jawab serta mampu menjelaskan hak, tanggung jawab, dan pendapat klien.
3.      Keterampilan Berkomunikasi (Communication Skills)
Komunikasi merupakan keterampilan dalam mendengarkan dan instrument terpenting dalam komunikasi adalah interview.
4.      Keterampilan Observasi (Observation Skills)
Keterampilan melihat, bukan hanya yang informational tapi juga kebenaran dari informasi verbal.
5.      Keterampilan Empati (Empathy Skills)
Empati adalah proyeksi (pemibndahan) imaginatif sesorang ke dalam kehidupan .


Sumber :  
Wibhawa, Budi dkk. 2010.Dasar-dasar Pekerjaan Sosial.
      Bandung:Widya Padjajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar